kisah motivasi

Atas nama Allah yang maha mengetahui sengaja aku tuliskan sepucuk surat ini untukmu yang merindukanku…



Aku tahu kamu menangis saat mendengar aku akan pergi meninggalkanmu dan teman-teman yang lain. Maaf, aku melihat matamu berkaca saat mendengar langsung ucapanku bahwa aku akan pergi. Dan aku tahu kamu mencoba untuk menahannya karna kamu tak mau aku melihatnnya. Saat aku meninggalkanmu kau pun memejamkan matamu maka sebutir demi sebutir air matamu mengalir membasahi kedua pipimu. Dengan penuh harap kamu bertanya ‘apa ini sudah keputusan bulatmu untuk pergi??’ aku hanya mengangguk memastikan padamu bahwa aku akan pergi..



Ya Ukhtie, setiap orang memiliki pilihan dan ini pilihanku.. jangan menangisi aku karena aku bukan siapa-siapa kamu. Simpan airmatamu untuk kau alirkan di sepertiganya malam saat berkhalwat dengan-Nya.



Aku mengenalimu di jalan Da’wa dan aku takut niat tulusku akan berubah saat mendengar kata-kata kekaguman dari dirimu padaku. Untuk semangatku, keberanianku serta bakatku. Dan satu hal lagi.. Aku melihat satu hal yang bebeda saat kau menatapku. Berbeda dengan ukhtie yang lain saat menatapku.

Aku takut ada sesuatu yang lain dibalik sms tausiah yang sering kau berikan padaku..

Ya ukhtie ya… Rayuan syetan amatlah lembut. Bahkan lebih lembut dari sutra yang pernah kau genggam.



Kamu selalu memujiku namun apakah kamu tak takut dari pujianmu bisa menimbulkan kesombongan pada diriku?? Apa yang kamu kagumi dari diriku… Suaraku saat melantunkan ayat-ayat Allah kah??



Ya Ukhtie… Lelaki yang baik bukanlah lelaki yang merdu suaranya saat melantunkan ayat-ayat Allah namun lelaki yang memahami makna dari apa yang ia lantunkan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari..



Keyakinanku semakin menguat saat membaca sebuah sms darimu yakni:



“Wahai matahariku, hadirmu menerangiku dan orang-orang yang ada di sekitarku.

Kau menghangatkanku, menguatkanku, menyemangatiku…

Aku ingin menjadi bidadari untukmu di Syurga kelak”



Dari situ aku yakin bahwa kau menyimpan rasa untukku.



Ya ukhtie ya, sudah tahukah kamu tentang aku yang sesungguhnya?? Aku takut kamu mencintaiku hanya karena lebihku dan kau pun akan kecewa saat tahu akan kurangku. Aku takut cintamu padaku berdasarkan nurani bukan karna Illahi.



Kamu pernah bertanya padaku “apakah salah jika ada seorang wanita menyukai seorang lelaki”



Memang tidaklah salah ya Ukhtie, itu hal yang manusiawi. Namun akan menjadi salah bila ketika rasa itu salah kau letakkan. Ketika shalat yang kamu bayangkan adalah wajah orang yang kamu cintai. Ketika melakukan sesuatu yang kamu harapkan adalah pujian dari orang yang kamu cintai. Bahkan sebelum tidur pun yang kamu bayangkan adalah wajah orang yang kamu cintai. Maka… Pahamilah, itulah rayuan syetan.



Jika memang Allah takdirkan kamu untukku maka sejauh mana kapal itu berlabu pasti akan datang jua. Namun jika tidak, maka yakinlah bahwa janji Allah lebih baik dari yang kamu duga. Jagalah dirimu agar menjadi wanita sholeha yang baik karna Allah hanya menyiapkan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. Yang berhak melihat seutuhnya dirimu tanpa adanya hijab lagi.



Ketahuilah bahwa dia yang aku inginkan untuk menemaniku di penghujung mudaku yaitu yang mencintaiku tak melebihi cintanya pada Allah, mengikhlaskanku berjihat di jalan Allah. Bermesra denganku tak melebihi mesranya Ia ketika di sepertiganya malam bersama Allah. Yang kokoh imannya, teguh pendiriannya dan mampu menjadi guru untuk anak-anakku kelak agar tumbuh menjadi anak-anak yang taat pada Allah dan berbakti pada kedua orangtuanya.



Wahai ukhtie perindu syurga..

Cobaan yang aku alami sekarang ini yang meresahkanmu adalah teguran dari sang Khalik untukku dan aku tak meminta untuk di kurangi cobaan itu tp diberi punggung yang kokoh agar aku mampu menopangnya.



Engkau sangat baik padaku namun aku tak dapat mencintaimu melebihi cintaku pada saudara-saudaraku yang lain karena belum saatnya untuk kulebihkan porsi cintaku padamu. Yang ada di hatiku sekarang dan kulebihkan cintaku adalah Allah dan Rosulnya kemudian Kedua Orangtuaku, kakak-kakak perempuanku yang sangat aku sayangi dan kakak laki-lakiku (keluargaku).



Sebenarnya berat tuk aku pergi, Berat tuk aku tinggalkan jalan da’wa yang telah kita bina bersama teman-teman yang lain. Namun Ukhtie.. aku harus pergi untuk masa depanku, untuk keluargaku, dan untuk orang-orang yang ada disekitarku.



Afwan… Aku pergi…



Sampaikan salamku untuk teman-teman yang lain bahwa aku mencintai mereka..

Teruslah berjuang jangan pernah menyerah. Allah menjanjikan syurga untuk hamba-hambanya yang berperang di jalannya.

Allahu Akbar..!!!



Wahai Ukhtie yang mencintai Allah

Tetaplah tersenyum dan menjadi bintang yang kokoh di langit meski di terjang meteor.

Teruskan perjuangan meski badai terus menerpa…



Selamat jalan ya Ukhtie..



Dari Orang yang Kau rindukan bertemu dengannya di Syurga..



Wassalamu’alaikum warrahmatullahi Wabarakatuh..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS